Dalam beberapa kesempatan, saya banyak mendapatkan komentar dari para klien, seperti :
"Wah gila juga ya, asuransi kok mau terima resiko, padahal tidak ada yang suka resiko, ini kaya judi kali yah, kalau hoki yah untung, kalau lagi sial jadi rugi".
Tentu saja kita sepakat, kita semua tidak suka resiko. Kalaupun ada, kita akan segera berusaha agar resiko tersebut tidak ada pada kita, bukankah demikian? Istilah kata : hanya "orang gila" yang suka resiko.
Mengapa kita tidak suka resiko? Ya, karena resiko cenderung dan kemungkinan besar berdampak negatif, artinya kalaupun terjadi, maka hasilnya membawa kerugian, baik material maupun non material.
Ada orang-orang tertentu yang kerjaannya menantang resiko, seperti pemanjat gunung, bahkan kalau kita ke taman bermain, menaiki suatu anjungan yang membuat adrenalin kita naik, bukankah itu menantang resiko. Benar, tapi waktu menjalankan itu semua, kan sebelumnya sudah memastikan bahwa peralatan lengkap dan mesin berjalan dengan baik. Jika tahu akan terjadi resiko, pemanjat tebing kawakanpun tidak akan mau memanjat, kecuali tidak ada pilihan lain.Rasanya dalam hal ini kita sepakat.
Kalau semua orang tidak suka resiko, mengapa Perusahaan Asuransi justru mau menerima limpahan resiko. Apakah sudah "gila" perusahaan asuransi itu?
Untuk memahami hal ini, mari kita mengerti secara gampang istilah resiko ini.
Secara mudahnya, resiko bisa dibagi, yaitu :
- Resiko yang sudah diketahui sejak awal pasti terjadi atau kecenderungannya besar untuk terjadi, atau yang hasilnya bisa ada kerugian dan namun juga bisa menghasilkan keuntungan, ini yang disebut Resiko Spekulatif (Speculative Risk), contoh : bermain saham atau Forex, ada resiko, tapi hasilnya bisa untung, tapi bisa rugi.
- Sedangkan resiko yang kapan waktunya tidak diketahui, terjadinya resiko masih bersifat kemungkinan, dan hasilnya pasti mengakibatkan kerugian, ini yang disebut Resiko Murni (Pure Risk).
Nah, hanya Resiko Murnilah yang mau diterima oleh Perusahaan Asuransi. Artinya, Asuransi hanya mau menerima resiko yang :
- Terjadinya masih bersifat kemungkinan (Probability of Loss)
- Kejadiannya tidak pasti (Uncertainty)
- Akibat resiko tersebut berdampak kerugian dan tidak ada sedikitpun aspek keuntungan disini.
Jadi bisakah asuransi menjamin kerugian saat kita berinvestasi saham? tidak bisa dan tidak boleh, karena bersifat spekulatif. Kalau begitu : asuransi jiwa itu spekulatif dong, kan semua orang "pasti" mati. Betul semua orang pasti mati, tapi kapan waktunya masih bersifat kemungkinan, oleh karena itu "bunuh diri" di asuransi jiwa dikecualikan, karena memutuskan ketidakpastian (uncertainty) ini.
Oleh karena tidak semua jenis resiko bisa diasuransikan, maka hendaklah kita selain berasuransi, juga terbiasa mengelolah resiko yang ada, sehingga kita bisa menekan tingkat resiko yang ada menjadi minimal. Jadikan hidup kita lebih berarti. Mari diskusikan resiko anda dengan kami.
Saya Ida Santy, asuransibagus untuk usaha dan hidup anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.